Botulinum toxin (BTX) telah digunakan sejak tahun 1970-an di bidang oftalmologi, dan dalam 20 tahun terakhir penggunaannya diperluas pada berbagai ruang lingkup kesehatan, khususnya dermatologi. Toksin botulinum merupakan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan paralisis otot dengan merusak transmisi sinyal antara neuromuscular junction (NMJ). Kontraksi otot wajah secara volunter dan involunter memegang peran penting pada berbagai macam ekspresi emosi individu. Kerut merupakan tanda awal proses penuaan, terdapat 2 macam, yaitu kerut dinamik dan kerut statis. Pada bidang kosmetik, toksin botulinum digunakan sebagai terapi pada kerut dinamik akibat kontraksi otot yang kita gunakan sehari-hari pada ekspresi wajah. Penggunaan toksin botulinum pada terapi wajah bagian atas dapat dilakukan pada glabellar frown lines, horizontal forehead lines, crow’s feet dan brow lift. Walaupun bekerja secara sementara, toksin botulinum mempunyai efek samping minimal dan tehnik pelaksanaannya mudah, sehingga berkembang pesat dan diminati masyarakat
Mekanisme kerja botulinum toxin adalah menghambat asetilkolin pada neuro-muscular junction sehingga menyebabkan paralisis flasid. Asetilkolin merupakan nerotransmiter yang menstimulasi otot halus dan kelenjar keringat. Setelah BTX diinjeksikan, toksin ini berdifusi ke dalam jaringan hingga terikat secara selektif dan irreversible di terminal presinaptik neuro-muscular junction, lalu menempel pada protein membran spesifik yang bertanggung jawab terhadap ekskresi asetilkolin. Toksin dengan cepat menginhibisi pelepasan asetilkolin pada neuromuscular junction menyebabkan relaksasi otot lokal dan reversible, akhirnya mengurangi garis-garis wajah, karena beberapa garis-garis pada wajah timbul akibat kontraksi terus-menerus otot wajah. Secara umum memang lebih baik melemahkan beberapa bagian penting anatomi wajah dibandingkan dengan memparalisiskan secara keseluruhan sehingga pasien tidak tampak seperti 'muka patung' dan terlihat tanpa emosi.
Kegunaan injeksi botox dalam bidang dermatologi pada prinsipnya ditujukan pada otot-otot ekspresi wajah. Kebanyakan otot-otot tersebut tidak berhubungan dengan tulang melainkan berhubungan dengan jaringan lunak, dan bekerja untuk menggerakkan kulit wajah. Di bidang estetik, botulinum toxin digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan kerut pada glabella, daerah lateral mata (crow's feet), garis horizontal dahi, kerutan sekitar mulut, dimpled chin, lipatan nasolabial, peremajaan kulit leher dan dada bagian atas. Botulinum toxin tidak dapat mencegah tanda-tanda penuaan lain misalnya kulit kering, kelainan pigmentasi dan kelainan pembuluh darah.
Kontraindikasi pemakaian BTX adalah: kelainan neuromuskular (myasthenia gravis, amyotrophic lateral sclerosis, multiple sclerosis, sindroma Eaton Lambert), wanita hamil dan menyusui, bayi dan anak, infeksi fokal dan infeksi sistemik, pasien hipersensitif atau alergi terhadap BTX, pasien dengan harapan berlebih terhadap hasil penyuntikan botulinum toxin, pasien yang tergantung pada ekspresi wajah untuk kehidupannya, sebagai contoh pasien yang bekerja sebagai aktor atau aktris, politisi atau salesman, pasien yang sedang mendapat terapi yang dapat mengganggu transmisi neuromuskular dan efek botulinum toxin (aminoglikosida, penisilamin, kuinin, calcium channel blocker), dan pasien yang sebelumnya menjalani bedah kelopak mata bawah.
Sebelum melakukan tindakan terapi dengan BTX, perlu dilakukan anamnesis dan edukasi terhadap pasien mengenai BTX perlu dijelaskan tentang prosedur terapi, perjalanan serta waktu dan durasi terjadinya efek klinis, efek samping yang dapat terjadi, kontraindikasi dan terapi ulangan yang baru dapat dilakukan setelah 3 - 6 bulan. Selanjutnya dilakukan penandatanganan informed consent oleh pasien, serta pemotretan pada wajah untuk dokumentasi, kemudian menentukan dosis dan lokasi tempat injeksi sesuai indikasi. Posisi terbaik untuk menyuntikan BTX ini adalah duduk dengan kemiringan 25 - 30 derajat dari bidang vertikal. Sebelum penyuntikan, lokasi tempat injeksi disterilkan dengan alkohol 70% lalu dibiarkan agar menguap dan di lokasi suntikan sudah kering benar, karena labilitas toksin. Setelah itu dapat digunakan ice cube sebagai anestesi topikal selama 1 - 2 menit untuk mengurangi rasa nyeri di tempat suntikan.
Efek klinis akan tampak 1-4 hari setelah terapi, efek puncak terjadi 1-4 minggu dan akan menurun setelah 3-4 bulan. Untuk memperpanjang durasi efek dari 6 bulan sampai 1 tahun, terapi diulang hingga satu tahun atau lebih. Durasi kerja BTX berbeda pada setiap individu karena susunan otot yang berbeda sehingga membutuhkan terapi individual. Umumnya tidak ada efek samping jangka panjang atau yang membahayakan pada penggunaan BTX di bidang dermatologi, karena terapi BTX tidak berhubungan dengan efek klinis yang permanen. Botulinum toxin cukup aman dan efektif pada penggunaan untuk terapi kerutan pada wajah. Efek samping yang mungkin timbul berupa kejadian normal pada proses injeksi misalnya perdarahan, hematom, bengkak, eritema, hipestesia sementara, bekas tanda suntikan dan nyeri tempat suntikan. Reaksi pada tempat suntikan ini dapat dihindari dengan penggunaan jarum yang lebih kecil, aplikasi anestesi topikal 10 - 15 menit sebelum injeksi, dan pengenceran BTX menggunakan saline. Nyeri kepala setelah injeksi BTX juga dapat terjadi namun gejala akan hilang dalam 2 - 4 minggu pasca injeksi dan dapat diterapi menggunakan analgesik sistemik. Efek samping generalisata misalnya malaise, nausea, influenza-like symptoms dan ptosis juga pernah dilaporkan
Sumber :
Syarif, et al. Penggunaan Botulinum Toxin A untuk Wrinkle si Area Wajah 1/3 Atas, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Andalas/Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang : MDVI Vol. 41 No. 4 Tahun 2014; 177 – 186.
Damayanti, et al. Toksin Botulinum pada Terapi Wajah Bagian A. Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya : Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009.
Samatra, Purwa. Overview Botulinum Toxin (BOTOX), Bagian/SMF Neurologi FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
Malaria merupakan penyakit endemik di wilayah Indonesia bagian timur....
Selamat datang di website PT. Surya Husadha Group!
Untuk mempermudah penggunaan website ini, kami memberikan beberapa informasi bagian penting dalam tour website ini, silahkan ikuti dan perhatikan setiap bagian tour yang kami sediakan.